728x90 AdSpace

Latest News
Rabu, 19 Agustus 2015

Persatuan Ummat Islam: Latar Belakang dan Perkembangannya dari tahun 1911 hingga 2011

Persatuan Ummat Islam: Latar Belakang dan Perkembangannya dari tahun 1911 hingga 2011

Disertasi ini berisi uraian tentang Latar Belakang dan Perkembangan Persatuan Ummat Islam dari 1911-2011. Ketertarikan Promovendus untuk meneliti Persatuan Ummat Islam, karena beberapa alasan:
  1. Proses Kelahiran Persatuan Ummat Islam berbeda dengan organisasi massa Islam lainnya di Indonesia (NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam), karena PUI merupakan gabungan (hasil fusi) dari dua organisasi Persjarikatan Oelama dan AII (Al-Ittihadijatoel Islamijjah). Perbedaan lainnya, sebelum bergabung menjadi PUI, kedua organisasi ini pernah mengalami beberapa kali pergantian nama.
  2. Dari sisi pemikiran dan gerakan, ada yang menyatakan tradisionalis, tapi ada juga yang menyebut modernis. Sementara dari sisi madzhab dan firqah, ada yang menyatakan bahwa Persatuan Ummat Islam tidak jelas. Ada yang mirip NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Tarekat.
  3. Dari sisi politik pun Persatuan Ummat Islam tidak jelas. NU identik dengan PKB atau PPP atau Muhammadiyah identik dengan PAN.
  4. Persatuan Ummat Islam pun hanya tampak pada fusi 1952, setelah itu menghilang, dan baru muncul lagi setelah Heryawan terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013.

Spasial dalam penelitian ini adalah Jawa Barat sebagai tempat kelahiran Persatuan Ummat Islam. Sedangkan temporal penelitian disertasi ini adalah 1911-2011. Berdasarkan hal-hal tersebut, pokok permasalahan yang diteliti dalam disertasi ini adalah:
  1. Bagaimana dan mengapa latar-belakang berdiri dan proses kelahiran Persatuan Ummat Islam 1911-1952?
  2. Bagaimana Perkembangan Persatuan Ummat Islam 1952-1991?
  3. Bagaimana Perkembangan Persatuan Ummat Islam 1991-2011?

Tinjauan Atas Studi Terdahulu

Terdapat beberapa buah buku yang mengarahkan Promovendus dalam penelitian disertasi ini, di antaranya: Kiai Hadji Abdul Halim Penggerak P.U.I., karya Moh. Akim (1964); Seri Ke-PUI-an, Jilid I s.d. IX, karya S. Wanta (1991); Revitalisasi Peran PUI dalam Pemberdayaan Ummat, karya A. Darun Setiady (ed.). (2006).  Dua buah disertasi, yaitu: Santi Asromo K.H. Abdul Halim: Studi tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, disertasi karya Jalaluddin (1990); Ortodoksi Tafsir: Respons Ulama terhadap tafsir Tamsjijjatoel-Moeslimien Karya K.H. Ahmad Sanusi, disertasi karya Dadang Darmawan (2009). Subtansi buku dan disertasi tersebut: Membahas tentang lambang, mars, hymne, intisab, Badan Hukum, AD/ART, Tafsir Asas, Tujuan dan Pola Dasar Pendidikan, pedoman teologi, perjuangan Abdoel Halim dan Ahmad Sanoesi, PUI sebagai pergerakan aliran modern, kelembagaan pemuda dan organisasi pelajar PUI, serta membahas dimensi akidah, tarbiyah, dakwah, dan tarikh PUI. Relevansi substansi buku dan disertasi dengan disertasi Promovendus adalah memberikan arahan tentang latar-belakang berdiri dan proses kelahiran  Persatuan Ummat Islam pada 1911-1952; Perkembangan Persatuan Ummat Islam pada 1952-1991, dan  Perkembangan Persatuan Ummat Islam pada 1991-2011, sesuai rencana penelitian Promovendus.

Kerangka Pemikiran Teoretis

Latar-belakang, proses kelahiran, dan perkembangan Persatuan Ummat Islam dari  1911-2011 sebagai organisasi massa Islam merupakan suatu hal yang sangat kompleks. Untuk mendapatkan eksplanasi dari realitas yang kompleks tersebut digunakan pendekatan multi-dimensional.
Sebelum melakukan fusi menjadi Persatuan Ummat Islam (PUI), organisasi yang dipimpin Abdoel Halim dan Ahmad Sanoesi di satu pihak ada yang menyebutnya  sebagai organisasi tradisionalis. Sementara  di pihak lain ada yang menyebutnya sebagai organisasi modernis. Untuk menjelaskan hal tersebut dapat digunakan konsep organisasi  Islam modern dari Deliar Noer (1983: 181-184).
Dalam perjalanannya dari 1952-1991, Persatuan Ummat Islam mengalami perkembangan dalam bentuk konflik atau disintegrasi, seperti: bagaimana dan mengapa mereka memilih keluar dari anggota istimewa partai Masyumi atau  mengapa terjadi   pengunduran pelaksanaan  Muktamar PUI ke-4 dan ke-5?
Pada  perkembangan selanjutnya, Persatuan Ummat Islam juga mengalami konflik melawan kebijakan pemerintah.  Pada  Pemilu  1971, meskipun perjuangan Persatuan Ummat Islam bersifat independen, mengintruksikan para  anggotanya untuk menyalurkan  aspirasi politiknya  ke partai Islam  dan  menolak  bergabung  dengan Sekber Golkar (Wanta, 19918: 41).  Selanjutnya, Persatuan  Ummat  Islam sempat menolak perubahan azas organisasi ketika diberlakukan azas tunggal (Pancasila).

Untuk menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi diperlukan teori konflik dari Lewis A. Coser. Teori ini relevan untuk menjelaskan berbagai fenomena konflik seperti perselisihan, perang, revolusi, kompetisi, dan sebagainya, baik yang menyangkut pertentangan kolektif maupun individual (Turner, 1978: 183-184). Lewis A. Coser berpendapat bahwa intensitas konflik ditentukan oleh kondisi-kondisi  tertentu. Semakin  disadari  kondisi-kondisi penyebab  konflik  dan  keterlibatan   emosional pihak-pihak yang  terlibat    konflik  semakin   tinggi  intensitas    konflik. Kehebatan  konflik  ditentukan   oleh   realistis dan tidaknya tujuan  yang hendak dicapai;   Semakin realistis tujuan yang hendak   dicapai   oleh   pihak-pihak   yang terlibat, semakin rendah tingkat kehebatan konflik, demikian pula sebaliknya. Mengenai lamanya konflik, menurut Lewis A. Coser, ditentukan oleh tujuannya; semakin terbatas tujuan yang hendak  dicapai, semakin singkat berlangsungnya konflik,  demikian pula sebaliknya (Turner, 1978: 164-172).

Perkembangan Persatuan Ummat Islam hingga memasuki era reformasi masih berada dalam posisi “diam” sebagai dying organization. Baru pada Pemilu 1999, 2004, dan Pemilu 2009, sejumlah kader dan jama’ah Persatuan Ummat Islam mulai banyak yang masuk menjadi anggota partai politik dan dengan tanpa ragu menyebut diri sebagai jama’ah atau kader Persatuan Ummat Islam.  Persatuan Ummat Islam semakin mendapatkan pengakuan di masyarakat, khususnya Jawa Barat setelah diselenggarakan Muktamar PUI ke-11 (2004). Pada muktamar tersebut Persatuan Ummat Islam mulai melakukan perubahan, perbaikan, dan penyesuaian organisasi. AD/ART, tata organisasi, dan sejumlah atribut Persatuan Ummat Islam termasuk bendera dan lambang disempurnakan. Hal ini pun dapat dijelaskan melalui teori konflik. Menurut Lewis A. Coser, penyelesaian konflik dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu melalui kekerasan bersenjata atau melalui kompromi (integrasi). Penyelesaian politik yang efektif biasanya melalui cara yang kedua. Dalam hal ini Persatuan Ummat Islam memilih jalan penyelesaian konflik dengan cara kompromi, sehingga tujuan akhirnya adalah terwujudnya integrasi.

Metode Penelitian

Metode yang  digunakan dalam penelitian ini  adalah metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu heuristik,   kritik,  interpretasi, dan historiografi (Garaghan, 1946: 103-426; Gottschalk, 1986: 32;   Renier, 1997: 118; Lubis, 2008: 17-60). Dalam tahapan  heuristik, penulis mengumpulkan tiga jenis sumber, yaitu pertama sumber-sumber tertulis berupa buku, dokumen, artikel dalam koran, majalah, jurnal, buletin dan brosur. Kedua, sumber lisan yang diperoleh dari wawancara. Ketiga, sumber benda berupa nisan, bangunan, photo, dan  gambar. Langkah selanjutnya menuju ke tahapan kritik. Sumber  yang telah ditemukan dalam tahapan heuristik harus diuji dahulu melalui kritik atau verivikasi yang terdiri dari kritik eksternal dan kritik internal. Melalui kritik ini diharapkan otentisitas dan kredibilitas sumber dapat ditentukan dan teruji. Untuk menghasilkan fakta sejarah, data yang berasal dari sumber teruji tersebut perlu mendapatkan pendukungan dari dua atau lebih sumber lain yang merdeka satu sama lain atau koroborasi. Setelah melalui tahapan kritik, kemudian dilakukan interpretasi terhadap fakta dari sumber teruji tersebut. Interpretasi dilakukan dalam dua proses, yaitu analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan). Dalam tahap inilah digunakan teori atau konsep-konsep ilmu sosial untuk membantu menjelaskan fakta-fakta sejarah. Dengan demikian, penelitian Persatuan Ummat Islam (PUI): Latar Belakang dan Perkembangannya (1911-2011), disamping berbentuk deskriptif-naratif sekaligus deskriptif-analitis yang digunakan secara bersamaan (Kartodirdjo, 1992: 5, 21). Tahapan terakhir adalah tahapan historiografi. Tahapan ini sebagai penyampaian hasil rekonstruksi imaginatif masa lampau sesuai dengan evidensia (bukti) dan fact (fakta).   Dalam tahapan terakhir ini diperlukan kemahiran art of writing (seni menulis) (Garraghan, 1957: 34; Gottschalk, 1986: 18, 143).

Hasil Penelitian

Pertama, Persatuan Ummat Islam adalah nama baru bagi dua organisasi massa Islam Madjlisoel ‘Ilmi dan Al-Ittihadijatoel Islamijjah yang telah berdiri sejak masa pemerintah Hindia Belanda. Kedua organisasi itu melakukan fusi, karena terdapat kesamaan dalam pemahaman keagamaan, pemikiran, dan gerakan sebagai organisasi kaum muslim modernis. Kedua, dalam perkembangannya Persatuan Ummat Islam telah menunjukkan peranannya di masyarakat bukan hanya dalam bidang agama, tetapi dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan politik. Terutama dalam bidang politik, Persatuan Ummat Islam pernah menempatkan para kadernya sebagai anggota Parlemen, Duta Besar, Menteri, dan Wakil Perdana Menteri.  Namun, seiring bergulirnya arus kuasa Persatuan Ummat Islam sebagai pengusung “Islam politik” kemudian berada dalam bayang-bayang kecurigaan pemerintah dalam jangka  waktu yang lama meskipun mereka  telah melakukan upaya politik kompromi. Ketiga, dengan bergulirnya arus kuasa pula, Persatuan Ummat Islam kemudian mengalami dinamika yang masif. Mereka kembali memperoleh peran politiknya setelah para kadernya terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten/Kota, Provinsi, dan anggota DPR-RI. Peran politik Persatuan Ummat Islam bahkan “bangkit” setelah menempatkan kadernya Ahmad Heryawan terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat. Hasil penelitian ini kiranya dapat mempunyai fungsi praktis. Pertumbuhan dan perkembangan organisasi massa Persatuan Ummat Islam dapat dijadikan bahan pembanding bagi organisasi-organisasi lain yang berkembang saat ini. Generalisasi terbatas yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini juga dapat dijadikan model untuk memahami organisasi massa Islam lainnya di Indonesia. []
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Persatuan Ummat Islam: Latar Belakang dan Perkembangannya dari tahun 1911 hingga 2011 Rating: 5 Reviewed By: Unknown